Di sebuah desa kecil di sebuah lembah hijau. Hiduplah keluarga kecil yang terdiri dari ibu, bapak dan seorang anak
lelaki yang bernama Jeremy. Mayoritas penduduk hidup dengan memanfaatkan alam, menanam, mengolah
sendiri.Setiap kepala keluarga mempunyai kewajiban menanam satu jenis saja, untuk menghindari kelebihan dan
setiap keluarga akan mengolah setiap hasil itu semampu mereka hingga nantinya adanya keputusan pergantian
tanaman.
Desa yang kecil ini, memiliki beragam tanaman dan ternak yang di jual di satu-satunya pasar di desa
tersebut.
Jeremy selalu membantu kedua orang tua dengan penuh suka cita. Dia membantu di ladang setiap harinya, ketika
masa panen tiba, mereka bersama-sama datang kepasar menukarkan kebutuhan mereka dengan hasil bumi yang
mereka punya.
Sampai lah saat di mana dia berubah menjadi seorang pemuda yang penuh ambisi. Pemuda yang merasa bosan
dengan rutinitas yang di lakukan bersama orang tuanya.
Suatu hari ketika dia membantu orang tuanya
mendorong gerobak hasil panen kubis mereka kepasar. Dia melihat orang - orang berlarian ke arah pasar. Jeremy
merasa bingung apa gerangan yang terjadi, dia mempercepat tarikannya dan meninggalkan kedua orang tuanya
yang sudah mulai lamban berjalan.
Sesampainya di pasar dia meninggalkan begitu saja gerobaknya dan berlari menuju kerumunan orang-orang.
Ternyata ada seorang pemuda yang berpakaian bagus dan bersih. Ternyata dia adalah Putra Bungsu dari bapak
kepala desa yang baru kembali dari Kota. Dia menceritakan pengalamannya di kota, disana seperti di desa ini, tapi
lebih banyak, tak hanya penjual yang boleh berdagang berbagai macam, tapi juga ada berbagai makanan dan bajubaju bagus di jual disana, perempuan yang cantik. Disana mereka bersekolah, membaca menulis, berhitung.
Pekerjaan mereka beragam, ada penjual, pengrajin, penulis, pembuat roti, pembuat baju, pembuat rumah sampai
pegawai. Yang jadi orang kaya adalah pegawai pemerintahan dan pedagang besar.
Jeremy terkesima mendengar cerita anak kepala desa itu.
Muncullah keinginan di dirinya untuk merantau ke kota
untuk mencari kehidupan yang lebih baik. Tergiur akan penampilan pemuda tersebut. Dia ingin merubah dirinya,
tidak ingin bernasib menjadi petani, bekerja hanya untuk hidup.
Malam harinya, Jeremy mengutarakan keinginannya kepada kedua orang tuanya. Dia ingin ke kota, belajar
menulis, membaca dan berhitung sambil bekerja. Orang tuanya terdiam dan hanya menatap satu sama lain. Lalu
sang ayah berkata " Ayah dan ibu rundingkan dulu ya, besok kita bicara lagi". Jeremy dengan senang hati
mengangguk dan berlalu ketempat tidurnya. Dia menghayal, memiliki istri cantik, rumah besar dan dia salah satu
pedagang yang kaya.
Sementara di kamar, kedua orang tuanya bersedih, mereka berpikir siapa yang akan membantu mereka yang sudah
tua ini mengangkat air dan menyiram tanaman, mendorong gerobak dan siapa nanti yang akan mengurus rumah
dan ladang setelah mereka tiada. Sang ibu hanya bisa menangis, "Kita harus membiarkan dia mencari
kehidupannya sendiri, dia pasti bisa menjalani hidup yang dia inginkan."
Keesokan hari nya, orang tua jeremy duduk dan berbicara tentang merestui keinginan anaknya, "Kami tidak bisa
memberimu apa-apa hanya ada perbekalan yang cukup untuk perjalanan kamu, masih ada seminggu sebelum
kamu pergi, mau kah kamu mempertimbangkan keinginan kamu ini nak?" tanya sang ayah. Jeremy lalu menjawab
dengan cepat " Saya yakin yah, saya mampu menjaga diri saya, saya berjanji setelah saya berhasil, saya akan
pulang kembali." Melihat wajah sang anak berbinar-binar dan penuh semangat, sang ayah tidak bisa berkata apaapa selain "Jaga diri kamu, junjunglah tanggung jawab dan kejujuran,"
Seminggu setelahnya, si pemuda berangkat bersama dengan pemuda-pemuda lainnya yang ingin merubah
nasibnya juga. Mereka berangkat bersama dengan kereta kuda milik Putra bungsu kepala desa. " Aku hanya
membantu kalian menuju kota, setelah sampainya disana, kalian usaha sendiri ya". Barulah si pemuda terkejut,
"apa yang nanti harus aku lakukan sesampai disana". Jeremy merasa canggung dan terpikir alangkah malunya
kalau harus pulang, "masak belum sampai sudah ciut, bukankah kebebasan ini yang aku impikan", gumamnya
dalam hati.
Perjalanan yang cukup jauh mereka tempuh, setelah melalui 2 hari satu malam di atas kereta kuda akhirnya
sampailah jeremy di kota, dia diturunkan di pasar yang sangat besar. "Sampai disini ya, semoga berhasil" teriak
Putra bungsu kepala desa. Para pemuda yang lain pun ikut berpencar, tinggalah si pemuda sendiri termangu
menikmati pemandangan. "Aku harus kemana ya?" Dia berkeliling-keliling memperhatikan pedagang. Berbagai
bentuk toko, dagangan yang dijual, barang-barang dari yang untuk rumah tangga sampai pajangan rumah, dan
juga orang-orang yang berlalu lalang dengan pakaian yang dibandingkan dengannya jauh dari kata layak ini. "Ah
aku merasa kecil sekali disini, mereka sangat bersih dan wangi" gumam jeremy.
Jeremy terus melangkah dan terus memperhatikan sekeliling mungkin saja ada yang membutuhkan tenaga atau
karyawan disekitar tempat ini. "Tempat ini begitu besar, aku tak tau harus mulai darimana" pikirnya. Dia terus
melangkah dan melangkah. Pada akhirnya langkahnya berhenti di sebuah tempat,dimana semuanya memakai baju
yang sama, "apakah ini tempat mereka menulis dan membaca?" Dia memperhatikan setiap anak yang masuk
kedalam pekarangan itu. Dia berpikir "apakah aku boleh ikut belajar bersama mereka, sedangkan ukuran tubuh ku
jauh dari mereka"